Tragedi Kelam Konser Deep Purple di Indonesia

Pada 4 dan 5 Desember 1975, Deep Purple, yang saat itu sedang berada di puncak kejayaannya dengan formasi Mark IV (Tommy Bolin, Glenn Hughes, David Coverdale, Ian Paice, dan Jon Lord), dijadwalkan tampil di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Ini adalah bagian dari tur Asia mereka, yang juga mencakup Jepang dan Hong Kong.

Namun, konser ini berakhir dengan kericuhan dan tragedi, serta pengalaman buruk bagi band legendaris ini.

Masalah Sejak Awal

Sejak awal, banyak masalah yang terjadi, mulai dari keamanan hingga ketidakseimbangan antara kapasitas stadion dan jumlah penonton. Tiket resmi yang terjual hanya lebih dari 50 ribu, tetapi banyak orang yang masuk secara paksa tanpa tiket. Selain itu, ada dugaan keterlibatan aparat keamanan dalam penyelenggaraan konser ini, yang menyebabkan ketegangan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa panitia lokal dan pihak keamanan justru ikut menjual tiket di luar jalur resmi, yang mengakibatkan jumlah penonton membeludak dan sulit dikendalikan.

Kerusuhan dan Kematian Seorang Polisi

Pada saat konser berlangsung, banyak penonton yang merangsek masuk tanpa tiket dan memaksa masuk ke stadion. Keadaan semakin tidak terkendali, menyebabkan kerusuhan besar. Kerusuhan ini dipicu oleh penonton yang frustrasi karena tidak dapat masuk meski sudah membeli tiket, ditambah dengan pengamanan yang tidak siap menghadapi massa dalam jumlah besar. Akibat dorong-mendorong di pintu masuk, banyak orang yang terjatuh dan mengalami cedera.

Yang lebih buruk lagi, seorang polisi Indonesia meninggal dunia dalam insiden tersebut. Dugaan awalnya adalah akibat perkelahian atau terinjak-injak oleh kerumunan, meskipun detail pastinya masih menjadi misteri. Beberapa laporan menyebutkan bahwa polisi tersebut jatuh dan mengalami luka serius akibat kepanikan massa yang mencoba masuk secara paksa.

Deep Purple Dipaksa Bayar “Denda”

Setelah konser, Deep Purple mengalami pengalaman mengerikan.

 

  1. Mereka ditahan di hotel dan diintimidasi oleh aparat keamanan.

 

  1. Pihak berwenang Indonesia menuntut mereka membayar denda besar sebagai kompensasi atas kematian polisi tersebut.

 

  1. Beberapa laporan menyebutkan bahwa uang mereka di rampas hingga mencapai 30 ribu dolar AS, yang pada saat itu merupakan jumlah sangat besar.

 

Glen Hughes dan beberapa anggota lain menyatakan bahwa mereka merasa seperti disandera dan tidak diizinkan pergi sebelum membayar. Dalam wawancara bertahun-tahun kemudian, para personel Deep Purple menggambarkan pengalaman ini sebagai salah satu yang paling menakutkan dalam karier mereka.

Dampak dan Akhir dari Tur

Setelah membayar denda, Deep Purple akhirnya bisa meninggalkan Indonesia. Namun, pengalaman buruk ini meninggalkan trauma bagi mereka.

Bahkan, Tommy Bolin, gitaris mereka saat itu, mengatakan bahwa ia tidak ingin kembali lagi ke Indonesia. Sayangnya, ini juga menjadi salah satu tur terakhir Bolin bersama Deep Purple, karena ia meninggal setahun kemudian akibat overdosis.

Insiden ini juga memberikan dampak negatif bagi reputasi Indonesia sebagai tujuan konser internasional. Butuh waktu lama sebelum band-band besar dunia kembali mempertimbangkan Indonesia sebagai tempat untuk tur mereka. Deep Purple sendiri tidak pernah lagi tampil di Indonesia hingga akhirnya kembali pada tahun 2014.

Konser Deep Purple 1975 di Indonesia adalah salah satu konser paling kacau dalam sejarah musik Indonesia. Tragedi, ketegangan, dan perlakuan buruk terhadap band membuatnya dikenang sebagai konser bermasalah yang berakhir dengan skandal besar.

Namun, meski pengalaman ini buruk, Deep Purple tetap memiliki banyak penggemar setia di Indonesia dan akhirnya kembali setelah hampir 40 tahun pada 2014. Konser ini menjadi pelajaran berharga dalam sejarah industri musik Indonesia, terutama dalam hal manajemen keamanan dan penyelenggaraan acara berskala besar.

Total
0
Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts